1
BAB 1
Penilaian Terhadap Penulisan Sejarah
Pengajaran Sejarah memang dapat dipergunakan untuk melatih warganegara yang
setia jika memang kisah tanah airnya dapat menimbulkan rasa bangga pada diri kaum patriot
atau jika kisah itu dapat demikian diubah dan disesuaikan sehingga nampaknya lebih mulia.
Namun di dalam pendidikan pemuda sekalipun apabila kebenaran dapat ditetapkan dengan
penggunaan metode sejarah, barangkali lebih baik disajikan secara murni. Masalahnya
terdapat pada bidang pendidikan dan tidak pada bidang penelitian. Pastilah sejarah memiliki
metode yang ilmiah, dari metode sejarah yang analistis. Dalam batas-batas tertentu metode
sejarah adalah ilmiah, yakni hasilnya harus dapat di verifikasi dan dapat disetujui atau ditolak
oleh para ahli.
Seorang sejarawan tidak dapat menghindarkan sesuatu filsafat atau sesuatu kode etik.
Dan sejarawan yang paling banyak pengalamannya adalah sejarawan yang terbaik. Masalah
langgam untuk sebagian dapat dipecahkan dengan usaha kolektif. Sejarawan yang didalam
karya yang serius meniadakan catatanbawah, dengan demikian meniadakan sarana yang
memungkinkan orang lain menguji kesimpulan-kesimpulannya namun catatanbawah
seringkali menjemukan, maka khalayak ramai telah mempunyai prasangka terhadapnya.
Cara untuk mengatasi merosotnya mutu sastra penulisan sejarah, mungkin sekali
adalah usaha untuk menerbitkan majalah-majalah sejarah popular, sebagaimana yang sering
disarankan. Dengan demikian mungkin akan berkembang suatu situasi dimana lebih banyak
bakat dan uang akan tersedia karya-karya yang dapat memenuhi ukuran-ukuran yang lebih
tinggi.
BAB II
Hubungan Antara Metode Sejarah dengan Hidup dan Ilmu
Setiap orang bukan saja merupakan seorang sejarawan yang harus menyusun
sejarahnya sendiri untuk pengertiannya sendiri (meskipun hal itu dilakukan hanya didalam
pikirannya saja), tetapi ia juga mempunyai kansa untuk termasuk diantara mereka catatancatatannya akan menarik minat sejarawan dari ratusan atau ribuan tahun yang akan datang
2
dan dengan demikian akan memperoleh keabdian yang mungkin tidak akan diperoleh oleh
orang-orang sejamannya yang lebih terkemuka.
Intisari metode sejarah yang pertama, apakah dokumen-dokumen itu otentik, atau
bagian-bagian yang mana yang otentik jika hanya sebagian diantaranya atau hanya beberapa
bagian daripadanya yang otentik?, Kedua, seberapa banyak daripada bagian-bagian otentik
itu yang bisa dipercaya, dan sejauh mana? Hanya itulah yang dapat ia peroleh dari dokumen dokumen itu sendiri.
Bahwa metode sejarah dapat diterapkan kepada pokok pembahasan disiplin manapun
sebagai sarana untuk memastikan fakta. Pastilah bahwa sejarah merupakan pengalaman yang
direkam daripada umat manusia dan orang dapat memperoleh manfaat dari pengalaman
dalam setiap bidang pengetahuan. Sejarawan dapat memiliki sifat ilmu-ilmu sosial, dan dapat
kita harapkan bahwa dalam hal itu akan dapat diperoleh kemajuan-kemajuan. Sejarawan
sebagai ilmiawan sosial dan sejarawan sebagai ilmiawan humaniora, tidak perlu menjadi dua
orang yang terpisah. Dan manfaat dari pada yang satu itu kepada baik humaniora maupun
ilmu-ilmu sosial akan sangat bertambah jika ia tidak bertindak schizophrenis. Kedua bidang
berminat kepada masalampau, meskipun ilmiawan humaniora cenderung untuk
menitikberatkan diri kepada masalampau sedangkan ilmiawan sosial lebih menitikberatkan
diri kepada masakini dan masadepan. Memang ilmiawan humaniora dapat mempergunakan
dua pendekatan lain terhadap subjeknya yang dianggap lebih baik daripada yang ditempuh
oleh ilmiawan sosial.
Karena setiap individu mungkin menuliskan sejarahnya sendiri (dan pastilah ia sering
memikirkan kemungkin itu), ia dapat melakukan itu dengan menempuh jalan yang
merupakan kombinasi antara ketiga pendekatan yang dilukiskan diatas, yakni bersifat
budayatotal atau sosiologis, yang spesialistis, dan analistis.
BAB III
Apakah “Sejarah” dan “Sumber sejarah”
Sejarah tidak dapat direkonstruksi, masalampau manusia untuk sebagian besar tidak
dapat ditampilkan kembali. Bahkan juga mereka yang dikarunia ingatan yang tajam sekalipun
tidak akan dapat menyusu kembali masalampaunya, karena dalam hidup semua orang
3
pastilah ada peristiwa, orang, kata-kata, pikiran-pikiran, tempat-tempat dan bayanganbayangan yang ketika terjadi samasekali tidak menimbulkan kesan, atau yang kini telah
dilupakan.
Sesuatu yang harus menjadi sesuatu obyek adalah harus mempunyai existensi yang
merdeka diluar pikiran manusia. Kata subyektif tidak dipergunakan disini untuk
merendahkan secara bagaimanapun, melainkan mengandung arti bahwa perlu diperlakukan
dengan pelbagai jaminan khusus terhadap kemungkinan timbulnya kekeliruan. Akan tetapi
obyek-obyek itu tidak pernah merupakan kejadian atau peristiwa itu sendiri. Jika bersifat
artifact mereka adalah hasil daripada peristiwa, jika bersifat dokumen tertulis, maka mungkin
merupakan hasil atau rekaman daripada peristiwa.
Seluruh sejarah masalampau (yang dinamakan sejarah-sebagai aktualitas) dapat
diketahuinya hanya melalui rekaman daripadanya (sejarah sebagai rekaman. Dan sejarah
sebagaimana yang diceritakan (sejarah lisan atau sejarah tulisan) hanyalah merupakan bagian
yang diungkapkan oleh sejarawan daripada bagian yang dimengerti daripada bagian yang
dapat dipercaya dari bagian yang dapat ditemukan daripada sejarah-sebagai rekaman.
Pendeknya sasaran sejarawan adalah untuk mendekati sedekat-dekatnya suatu
masalampau yang telah lenyap yang merupakan suatu proses subyektif dan bukannya
kepastian experimental yang mengenai suatu realitas yang obyektif. Yang dinamakan metode
sejarah disini adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan
masalampau. Rekronstruksi yang imajiantif daripada masalampau berdasarkan data yang
diperoleh dengan menempuh proses itu disebut historiografi (penulisan sejarah).
Jika bahan-bahan itu bersifat arkeologis, epigrafis atau numismatis untuk sebagian
besar ia harus bertumpu kepada museum. Bahan-bahan itu adalah sumber-sumbernya. Sebuah
sumber primer adalah kesaksian dari pada seorang saksi dengan mata-kepala sendiri atau
saksi dengan pancaindera yang lain. Sumber sekunder merupakan kesaksian daripada
siapapun yang bukan merupakan saksi pandangan-mata, yakni dari seseorang yang tidak
hadir pada peristiwa yang dikisahkannya. Sumber primer hanya harus “asli” dalam arti
kesaksiannya tidak berasal dari sumber lain melainkan berasal dari tangan pertama.
Seorang wartawan mungkin menceritakan hal-hal yang dilihatnya sendiri, namun
mungkin pula harus bertumpu kepada keterangan “juru bicara resmi” atau sumber-sumber
yang biasanya dapat dipercaya. Dokumentasi, yang sebagaimana dipergunakan anatara lain
4
oleh sejarawan, berarti setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun,
baik yang bersifat tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis. Dokumen insani didefinisikan
sebagai “suatu pertelaan mengenai pengalaman individual yang memperlihatkan tindakantindakan individu sebagai sesuatu pelaku insane dan sebagai peserta didalam hidup sosial.
BAB IV
Memlilih Subyek dan Menemukan Informasi Mengenainya.
Gurubesar-gurubesar sejarah seringkali menyimpan daftar subyek yang mereka
anggap penting untuk diselidiki oleh mahasiswanya; penerbit dan editor kadang-kadang
mempunyai judul buku-buku dan artikel-artikel bagi calon-calon pengarangnya. Pengarang
harus berdiri diatas kakinya sendiri tanpa menutut daya-upaya di luar kemampuannya. Tetapi
akan kelirulah untuk memberikan dugaan kepada pemula-pemula yang penuh harapan, bahwa
sejarah yang baik hanya terdiri atas penulisan mengenai subyek yang sangat terspesialisasi
dan local. Untuk menghindari extremitas seperti itu patut bahwa proses mengurangi sesuatu
subyek yang terlalu luas dapat dibalik jika subyek itu begitu sepele dan khusus, sehingga
kesaksian mengenainya tidak cukup. Dengan demikian anda dapat menuliskan suatu sejarah
resimen yang otoritatif.
Hasrat daripada sejarawan yang bertanggungjawab untuk menghindarkan
ketergantungan yang terlalu besar kepada pengarang-pengarang lain, dengan perkataan lain,
untuk memberikan sumbangan orisinil kepada studi sejarah, mengharuskan diwajibnya
pertanyaan-pertanyaan lain yang berhubungan dengan pemilihan suatu subyek. Kesukarankesukaran teknis barangkali lebih besar lagi jika yang dipilih adalah sesuatu subyek didalam
bidang sejarah komperatif. Dan jika seseorang mengingat beberapa katakunci (key word)
yang terdapat didalam subyek yang dibahasnya, boleh jadi ia dapat menemukan buku dan
artikel yang dimasukkan kedalam katalogus dibawah salahsatu diantara kata-kata kunci.
Bagian yang paling menyusahkan dalam pekerjaan sejarawan adalah membuat
catatan. Pada umumnya sebuah catatan yang penuh, haruslah disusun secara sangat cermat.
Jika bahan yang dikehendaki itu panjang maka pencatat sebaiknya mempertimbangkan untuk
menggunakan proses fotografis seperti fotostat atau microfilm untuk memproduksi halaman
yang ditulis atau dicetak. Biasanya suatu catatan dibuat semata-mata sebagai peringatan
kepada bahan yang tidak akan dikutip. Karena itu cukup untuk hanya menunjuk sumbernya
tanpa mengutip bahasanya kata demi kata.
5
Penulisan catatan-catatan yang ditunjukkan kepada diri sendiri berisi saran-saran
untuk mengusut sesuatu, menyisipkan sesuatu, hipotesa-hipotesa, referensi silang dan
gagasan-gagasan yang cemerlang yang datang ditengah-tengah malam, pada kertas-kertas
dicatatan yang ditata secara teratur dengan catatan-catatan referensi.
Suatu ilustrasi mungkin akan dapat lebih menjelaskan, secara bagaimana susunan
menurut topic lebih baik daripada susunan yang sepenuhnya kronologis. Disamping itu
ilustrasi tersebut juga menunjukkan satu diantara keuntungan-keuntungan untuk
menggambarkan masalah kita sebagai suatu pertanyaan dan tidak sebagai suatu subyek.
BAB V
Dari Mana Datangnya Informasi Sejarah
Sejarawan setidak-tidaknya mempunyai dua tujuan. Ia merupakan (1) pengawal
daripada warisan budaya dan (2) penutur kisah daripada perkembangan umat manusia. Fakta
sebagai unsur adalah penting bagi sejarawan selaku sejarawan. Semakin serius maksud
pengarang untuk semata-mata membuat rekaman, semakin dapat dipercaya dokumennya
sebagai sumber sejarah.
Sebuah rekaman sejaman dapat didefinisikan sebagai suatu dokumen yang
dimaksudkan untuk menyampaikan instruksi mengenai suatu transaksi, atau membantu
ingatan orang-orang yang secara langsung terlibat didalam transaksi itu. Laporan konfidensiil
berbeda dari rekaman karena biasanya ditulis sesudah peristiwa terjadi, karena itu dokumendokumen jenis ini kurang dapat dipercaya pada umumnya dibandingkan dengan rekaman
sejaman. Laporan umum berbeda dari laporan konfidensiil terutama karena jumlah orang
yang diduga oleh para pengaarangnya akan membacanya. Karena jumlah itu lebih besar, taraf
umum dapatnya dipercaya adalah kurang dibandingkan dengan laporan konfidensiil.
Questionnaore sebagai sarana untuk memperoleh informasi dan opini, bukanlah
merupakan pertemuan mutakhir. Tambahan pula questionnaire sekarang sering berusaha
mengatasi kekurangan-kekurangan yang ditimbulkan oleh “leading question” dengan member
ruangan untuk “komentar” atau pernyataan”.
Banyak sejarawan yang memperlihatkan sikap yang terlalu hormat terhadap dokumen
dan kompilasi pemerintah. Kompilasi-kompilasi resmi daripada undang-undang dan
6
peraturan merupakan bukti primer mengenai isinya sendiri; mereka hanya merupakan bukti
inferensiil mengenai motif dan perasaan dibelakangnya.
Tajuk rencana, esei, pidato, surat kepada redaksi, public opinion poll adalah berharga
bagi sejarawan yang mempelajari opini, baik individuil maupun umum. Ungkapan opini,
lebih daripada oleh kesaksian hasil observasi.
Sesungguhnya terdapat suatu madzab sejarawan yang beranggap bahwa nilai dan
gagasan berubah dengan periode-periode sejarah. Gagasan hanya merupakan “fungsi-fungsi
reflex daripada kondisi-kondisi sosiologis yang menyebabkan kemunculannya. Pada bidang
filsafat, fiksi, drama, dan puisi. Tetapi, biasanya sejarawan tidak berani menggunakan
informasi yang dikandung oleh karya-karya itu kecuali jika dikonfirmasi oleh pengetahuan
lain.
Folklore bercerita mengenai aspirasi, takhayul dan adat rakyat yang
memperkembangkan cerita-cerita. Pepatah, folklore dan nama tempat, maupun fiksi,
nyanyian dan puisi, membutuhkan latarbelakang sejarah untuk dapat berguna bagi sejarawan.
Jika pertelaan sekunder yang baik akan memungkinkannya untuk mengerti lebih baik sebuah
dokumen sejaman.
BAB VI
Masalah Otentisitas atau Kritik Extren
Masalah otentisitas jarang dihadapi jarang dihadapi oleh ahli sosiologi, psikologi atau
antropologi, yang pada umumnya mempunyai suatu subyek hidup dibawah pandangan
matanya, yang dapat dilihat pada waktu ia menyusun otobiografinya dan dapat
menginterogasinya mengenai hal-hal yang menimbulkan kesangsian. Dokumen sejarah sering
dipalsu karena beberapa sebab, terkadang mereka dipergunakan untuk mendukung suatu
claim yang palsu, dan juga dipalsukan untuk dijual.
Sebuah dokumen yang dalam keseluruhannya atau untuk sebagian besarnya
merupakan hasil daripada suatu usaha sengaja untuk menipu. Paling sering terjadi dengan
kopi daripada dokumen-dokumen yang aslinya telah hilang dan pada umumnya disebabkan
oleh jenis kekeliruan yang berbentuk pengurangan, pengulangan, atau penambahan. Restorasi
7
teks adalah mengumpulkan sebanyak-banyaknya kopi daripada teks yang diragukan sejauh
dapat dihasilkan oleh pencarian yang rajin.
Studi kronologi bagi sejarawan memudahkan pemecahan daripada masalah
pengukuran waktu. Seringkali sejarawan menjumpai dua atau lebih teks yang berbeda
daripada dokumen yang sama yang diterbitkan oleh-oleh ahli yang bertanggungjawab.
Kadang-kadang juga versi-versi yang diterbitkan tidak sepenuhnya betul sehingga perlu
dilakukan perbandingan dengan manuskrip asli. Setelah memperoleh satu teks yang seakurat
mungkin sejauh sumber-sumbernya mengijinkan, sejarawan dihadapkan kepada masalah
untuk menentukan artinya. Kontradiktif maupun suplementer dapat menangkap nuancenuance yang juga tidak akan lepas dari perhatiannya untuk mengerti apa yang oleh saksi
dimaksudkan untuk disampaikan. Apabila kita menjumpai bahasa yang meragu-ragukan
timbullah sesuatu persoalan tambahan karena kedwiartian bersifat sengaja atau tidak sengaja.
Masalah hermeneutic menjadi sangat kuat apabila dapat diduga bahwa ada maksud untuk
dengan sengaja menutupi arti
Kemampuan untuk menempatkan diri dari di tempat individu lain dari jaman lain dan
kemampuan untuk menafsirkan dokumen, peristiwa dan personalitas dengan pandangannya,
ukurannya dan simpatinya disebut historical-mindedness. Hal ini menuntut dari si penyelidik
supaya ia menanggalkan personalitasnya sendiri dan sejauh mungkin mengambil oper
personalitas subyeknya. Bagian esensiil daripada kritik extern, adalah penerkaan mengenai
tanggal kira-kira daripada dokumen dan suatu identifikasi daripada yang menurut dugaan
adalah pengarangnya
BAB VII
Masalah Kredibilitas atau Kritik Intern
Sejarawan pertama kali memeriksa kesaksian dengan jalan memperoleh seperangkat
unsur yang relevan bagi sesuatu topic atau persoalan yang ada dalam pikirannya. Kredibel
bahwa unsur itu paling dekat dengan apa yang sungguh-sungguh terjadi berdasarkan suatu
penyelidikan kritis terhadap sumber-sumber terbaik yang ada. Dengan jalan itu data
elementer daripada sejarah harus dibuktikan.
Usaha menganalisa sebuah dokumen untuk menemukan fakta-fakta satu peragkat
pertanyaan untuk menanyakan pertanyaan yang sederhana sudah memiliki gambaran dan
mungkin satu hipotesa mengenainya, baik implicit atau eksplisit, tentative dan luwes atau
8
dirumuskan dan sudah baku. Menyusun hipotesa dalam bentuk interogatif adalah lebih
bijaksana daripada menyusunnya dalam bentuk deklaratif. Identifikasi terhadap pengarang,
adalah perlu untuk menguji otentisitas daripada dokumen. Dokumen singkat kita mungkin
mengetahui banyak mengenai pengarang tanpa mengetahui siapa dia. Kemampuan untuk
menyatakan kebenaran untuk sebagian bertumpu kepada dekatnya saksi kepada peristiwa.
Kekurangan yang hampir-hampir tak terhindarkan dalam dokumen pribadi adalah
egosentrisme. Sejarawan juga harus menghadapi dokumen-dokumenyang pengarangpengarangny, meskipun biasanya kompeten untuk menyatakan kebenaran.
Ada beberapa kondisi yang terutama cenderung kepada ketidak-benaran adalah (1)
satu diantara peraturan yang paling elementer dalam analisa terhadap kesaksian adalah bahwa
kita harus bersikap waspada terhadap saksi yang berkepentingan. (2) seringkali keuntungan
yang diperoleh dari hasil penyelewengan kebenaran adalah subtil dan mungkin tidak disadari
oleh saksi sendiri. (3) pendengar atau pembaca yang dituju oleh sesuatu dokumen,
memainkan peranan penting didalam menentukan kebenaran sesuatu pernyataan. (4) langgam
sastra kadang-kadang memaksa diberikannya pengorbanan terhadap kebenaran. (5) undangundang dan konvensi kadang-kadang memaksa saksi untuk beralih dari kebenaran mutlak. (6)
yang berdekatan dengan kategori diatas adalah pemberian tanggal yang tidak exak terhadap
dokumen-dokumen sejarah karena bersangkutan kepada konvensi dan formalitas. (7)
ekspektasi atau antisipasi seringkali menyesatkan saksi. Kredibilitas umum daripada sesuatu
dokumen mungkin harus dipergunakan sebagai koroborasi.
BAB VIII
Mempelajari (dan mengajar) Teknik-Teknik Sejarah
Kita dapat memutuskan untuk mempelajari sejarah dengan pelbagai alasan. Diantara
alasan-alasan itu ialah suatu rasa ingintahu yang iseng mengenai masalampau keluarga kita
atau tempat tinggal kita. Dalam usaha mempelajari metode sejarah , adalah lebih baik bagi
seoarang mahasiswa untuk didorong oleh minatnya sendiri daripada didorong oleh minat
gurunya. Karena itu mahasiswa sejarah hanya menyadari secara samar-samar bahwa sejarah
adalah sesuatu metode yang dipergunakan orang untuk menemukan peninggalan-peninggalan
dan saksi-saksi mengenai sesuatu episode sejarah yang mengenainya kita ingin mengajukan
9
pertanyaan, untuk mengumpulkansemua bukti yang relevan yang diberikan olehnya, dan
untuk menilai bukti itu guna sampai kepada jawaban yang dapat dipercaya.
Historiografi adalah sesuatu yang lebih daripada hanya menuliskan kembali dengan
kata-kata suatu yang lebih daripada hanya menuliskan kembali dengan kata-kata sendiri apa
yang telah diajukan secara cukup dalam karya-karya orang lain. Pengajar metode sejarah
sebaiknya beprestasi dan menyuruh mahasiswa berprestasi seolah-olah ia adalah editor
sebuah majalah sejarah yang telah meminta kepada setiap anggota kelas untuk memberikan
sebuah artikel mengenai sesuatu subyek yang telah disepakati. Bahan bacaan mengenai
langgam dan komposisi, luarbiasa banyaknya. Karena kesulitan komposisi didalam penulisan
sejarah tidak berbeda dari komposisi jenis lain manapun, hanya sedikit yang perlu disebutkan
disini yang khusus berguna bagi sejarawan.
Seorang sejarawan seyogyanya merancang artikel atau babnya sehingga ia
mempunyai gambaran apa yang menjadi bagian awal, bagian tengah dan bagian akhirnya.
Seringkali terjadi bahwa draft pertama membawa kesadaran bahwa seluruh komposisi telah
digambarkan secara keliru. Hal itu terutama akan Nampak apabila kesimpulan tidak diperoleh
secara langsung dan jelas dari bahan-bahan yang telah disajikan.
Dalam hal itu, sebaiknya ia mulai sejak permulaan lagi dan dengan selalu mengingatingat bagian-bagian dari pada kesimpulan sementaranya mencoba membuktikan setiap bagian
selangkah demi selangkah dalam suatu karangan baru.
BAB IX
Sepatah Kata Mengenai Langgam dan Komposisi
Sebagian besar daripada komposisi sejarah adalah argumentative. Apabila menyajikan
argumentasi dalam kasus-kasus seperti itu sejarawan memakai bukti yang masih berwujud
dalam salahsatu bentuk, baik-buruk. Tetapi apabila sejarawan menyajikan suatu exposisi atau
suatu kisah, maka masalahnya menjadi lain, dan langgamnya tidak harus berbeda. Karenanya,
apa yang ditulis oleh sejarawan apabila ia menuliskan kisah atau exposisi sejarah bukanlah
apa yang dikatakan atau disampaikan dokumen-dokumennya melainkan gambaran dalam
angan-angannya mengenai peristiwa-peristiwa masalampau itu.
10
Peristiwa sejarah ditujukan terhadap sekurang-kurangnya empat sasaran, yakni detail
faktuil yang akurat, kelengkapan bukti yang cukup, struktur yang logis dan penyajian yang
terang dan halus. Catatanbawah dipergunakan untuk menunjukkan kepada pembaca yang
langka dan hanya merupakan suatu referensi kepada sesuatu segi tertentu didalam sesuatu
sumber atau kadang-kadang merupakan referensi kepada lebih daripada satu segi didalam
lebih daripada satu sumber, tidak selalu sering juga akan memberikan indikasi. Salahsatu
sebab utama mengapa catatanbawah demikian dihindarkan oleh penerbit, editor, pengarang,
dan pembaca adalah karena dipergunakan untuk sekian banyaknya tujuan disamping hanya
tujuan dokumentasi. Disimpulkan bahwa catatanbawah, jika disusun secara tepat, hanya
menarik minat pembaca yang berbeda-beda mengenai segi yang berbeda-beda dan karena itu
catatanbawah harus dibuat sesedikit mungkin sejauh dapat dipertanggungjawakan oleh
pengarang. Didalam kisah atau exposisi sejarah, adalah reinterpretasi sejarawan mengenai
apa yang diajarkan oleh dokumen-dokumen yang harus merupakan sasaran utama. Perhatian
pembaca akan mengedor jika kutipan panjang dimasukkan secara terus-menerus.
Suatu langgam kisah yang baik menghendaki dihilangkannya referensi kepada prosesproses mental si pengarang dan menghendaki disajikannya hanya hasil-hasil daripada prosesproses itu, dengan pengetahuan mengenai segalanya yang diharapkan dari seorang pengarang
fiksi mengenai tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian didalam ceritanya.
Kiranya seorang sejarawan tidak akan mulai dengan penyusunan teksnya sebelum ia
merasa pasti bahwa catatan-catatan yang akan menjadi sumber ceritanya telah cukup lengkap
dan bahwa pengetahuannya mengenai subyek mengijinkan sesuatu kemiripan tertentu kepada
masing-masing catatan itu. Apabila pengarang telah selesai dengan draft pertama, ia dapat
mengenakan komentar yang terkenal. Setelah memastikan pada suatu tempat didalam draft
pertama ia telah menyisipkan semua hal yang mungkin relevan pada tempat yang banyaksedikitnya sesuai dengan memperhatikan kredibilitas atau ketiadaan kredibilitas, maka
pengarang telah siap untuk memulai draft kedua.
Tujuan utama daripada revisi draft yang baru adalah untuk memperoleh taraf
kejelasan dan kehalusan yang lebih besar. Revisi daripada draft ketiga member kesempatan
baik untuk mentrapkan pelajaran-pelajaran elementer mengenai karang-mengarang yang
begitu mudah diabaikan oleh kita semuanya. Setelah segalanya itu dilaksanakan, kecermatan
menutut diadakannya draft keempat.
11
BAB X
Masalah Seleksi, Penyusunan dan Tertekan
Kenyataan bahwa ada arti-arti baru yang diberikan kepada kata-kata yang telah
dipergunakan dengan arti yang lain, menyebabkan timbulnya sebagian kekacauan dalam
diskusi-diskusi mengenai hakekat sejarah. Historiofrafi yang menunjuk kepada tulisan atau
bacaan yang dapat disebut historis harus diperbedakan dari kata yang sama apabila berarti
proses penulisan sejarah.
Tujuan historiografi pada tarafnya yang tertinggi adalah menciptakan kembali
totalitas daripada faktta sejarah dengan sesuatu cara yang tidak memperkosa masalampau
yang sesungguhnya. Jelas bahwa masalah penulisan sejarah tidak sederhana. Dalam setiap
jenis exposisi atau kisah, fakta-fakta sejarah harus : (1) diseleksi, (2) disusun, (3) diberi atau
dikurangi tekanan, dan (4) ditempatkan didalam sesuatu macam urut-urutan kausal.
Kiranya aturan seleksi yang paling sederhana adalah memilih mana yang relevan.
Tapi proses itu tidak sepenuhnya memecahkan masalahnya karena jika dikembalikan sampai
kepada istilah-istilahnya yang paling simple adalah relevan jika relevan bagi suatu proposisi
yang bersifat kisah, deskriptif atau kausal, yang mempersatukan. Pada akhirnya, yang
dikatakan dengan cara itu hanyalah bahwa hal-hal yang dianggap relevan, adalah hal-hal
yang relevan untuk menjawab suatu pertanyaan.
Pada waktu sejarawan tiba pada tahap penulisan didalam proses penyelidikannya,
proposisi-yang-mempersatukan atau hipotesa interogatif sudah harus menjadi suatu teas
deklaratif yang penuh. Baik proposisi-yang-mempersatukan maupun hipotesa
interogratifhannya bermanfaat bagi subyek-subyek yang sedemikian monografis sifatnya dan
keputusan mengenai apa yang relevan adalah sebagian besar persoalan pertimbangan pribadi.
Dalam usaha untuk menghindarkan pertimbangan-pertimbangan yang terlalu ketat mengenai
relevan atau tidaknya bahan-bahan seseorang, telah timbul suatu kebiasaan yang kiranya
tidak seberapa menguntungkan.
Penyusunan data sejarah yang paling masuk akal adalah penyusunan secara
kronologis, yakni dalam periode-periode waktu karena kronologi kiranya merupakan satusatunya norma obyektif dan konstan yang harus diperhitungkan oleh sejarawan. Dalam
kenyataanya, studi sejarah telah sangat dirugikan oleh kecenderungan untuk memberikan
kepada periode-periode tertentu merk-merk yang relative tepat. Bahwa sesuatu kecenderungn
12
kearah itu telah ada dibuktikan oleh perhatian yang semakin bertambah dari pihak para
sejarawan. Cara-cara penyusunan yang lain daripada cara kronologis mungkin juga tetapi
sama mengandung kekurangan. Masalah tekanan (emphasis) langsung berhubungan dengan
masalah seleksi dan penyusunan.
BAB XI
Masalah Sebab, Motif dan Pengaruh
Sejarawan cenderung untuk bicara mengenai sebab langsung atau lantaran serta sebab
taklangsung daripada peristiwa-peristiwa sejarah. Sebab langsung atau lantaran sering
mempunyai sifat suatu kebetulan. Sebab langsung hanyalah merupakan suatu titik dalam
suatu rantai peristiwa, trend, pengaruh, dan kekuatan-kekuatan yang pada titik itu akibatnya
mulai nampak. Apabila sejarawan mendiskusikan masalah sebab-sebab taklangsung, mereka
paling sering dan paling keras berselisih paham. Karena keterangan kausal mengenai
peristiwa-peristiwa didasarkan atas filsafat-filsafat sejarah; padahal filsafat-filsafat sejarah
tidak akan ada akhirnya. Tekanan beralih kepada kedaifan dan keberanian manusia sebagai
keterangan yang paling baik bagi krisis-krisis sekuler, meskipun sejarah secara esensiil tetap
bersifat teologis.
Perkembangan deisme dan rasionalisme dalam abad-abad ke 17 dan 18 mengurangi
penekanan kepada rencana Tuhan dan memperbesar minat kepada karya manusia serta
tempat tinggalnya. Abad 19, dengan berlimpah-limpahnya nasionalisme-nasionalisme,
idealism-idealisme filsafat, utilitarianisme-utilitarianisme dan positivism-positivisme,
memperlihatkan lebih banyak lagi macam pendekatan kepada masalah sebab, dibandingkan
dengan salahsatu diantara periode-periode terdahulu. Sementara itu Malthus dan sesamanya
kaum ekonomis telah memperkembangkan teori kelangkaan, dan sebagai akibat daripadanya
perjuangan untuk kelangsungan-hidup dalam bidang ekonomi. Untuk waktu yang lama
nampaknya kemenangan berada di tangan sejarawan dari madzab-madzab nasionalistis.
Pertama kali timbul madzab sejarawan “ilmiah”, yang hampir semuanya secara langsung dan
tidak langsung adalah murid Ranke.
Pengertian pengaruh agak abstrak dan tidak terdapat satu standard untuk
mengukurnya yang diterima secara umum, maka usaha semacam itu mudah menghasilkan
kekeliruan atau setidak-tidaknya ketidak sepakatan diantara ahli-ahli. “Pengaruh” tidak
13
merupakan sesuatu yang seragam. Kadang-kadang berbagai jenis pengaruh tidak dapat
dibandingkan dan tidak dapat disepadankan. Akibat itu akan bersifat taklangsung dan
menuntut suatu proses yang sangat ruwet dan spekulatif untuk mengukurnya, itupun kalau
datanya ada. Setidak-tidaknya jika kita bicara dengan pengertian-pengertian akibatkomparatif terhadap angka kelahiran dan angka kematian, kita mengetahui apa yang
dimaksudkan dengan istilah tingkatan pengaruh dan keagungan.
Sejarawan tidak dapat menghindarkan diri dari spekulasi-spekulasi dengan berpretensi
bahwa yang menarik minatnya hanyalah apa yang sungguh-sungguh telah terjadi, bahwa
sesuatu pengaruh baginya diakui karena ia mempunyai bukti documenter mengenai pengaruh
itu. Spekulasi semacam itu menyangkut apa yang kadang-kadang disebut “andaikata”
daripada sejarah dan sebaiknya disebut dengan metasejarah atau metashistoria. Suatu aspek
yang menarik hati mengenai masalah pengaruh sejarah adalah reaksi terhadap sesuatu
anteseden , pribadi sejaman atau peristiwa.
BAB XII
Sejarawan dan Masalah-Masalah Masakini
Meskipun ada terdapat kekhawatiran-kekhawatiran yang tegar dan luas, namun
penggunaan daripada generalisasi-generalisasi ilmu alam oleh sejarawan terus bertambah.
Satu diantara cara-cara yang paling baik bagi masyarakat untuk memberikan sumbangan
kepada usaha mengerti masyarakat, adalah dengan jalan menemukan kontrdiksi-kontradiksi
dan perkecualian-perkecualian dalam generalisasi-generalisasi ilmu sosial.
Sarjana-sarjana psikologi yang kenal akan metode sejarah dan sejarawan yang
mengetahui mengenai teknik-teknik dan azas-azas psikologi, dengan jalan melakukan studi
mengenai personalitas sebagaimana yang diberi ilustrasi oleh tokoh-tokoh sejarah dapat
membuat “tipologi” semacam itu secara lebih otentik, lebih tepat dan lebih bervariasi.
Sejarawan, juga membuat sejumlah besar generelasi yang bersifat metodologi yang diabaikan
oleh sarjana-sarjana ahli masyarakat, dengan akibat yang merugikan. Jarang sekali sebuah
generalisasi sejarah dapat diuji sebagaimana generalisasi didalam ilmu-ilmu fisik atau bahkan
14
sekali-sekali generalisasi didalam ilmu-ilmu sosial, yakni dengan experimentasi terkendali.
Tambahan pula suatu gejala yang hanya dapat diterapkan kepada manusia menyebabkan
sejarawan lebih suka membatasi generalisasiny kepada peristiwa dan lembaga-lembaga
masalampau. Generalisasi-generalisasi mengenai fakta-fakta sejarah harus dianggap
mempuyai validitas terbatas, karena setiap skema kausal yang diterapkan kepada sejarah
cenderung untuk mempunyai usur beratsebelah pribadi yang besar, serta karena pengertian
sejarah harus dilihat sebagai daya-upaya suatu pemikiran yang dikondisikan oleh suatu
budaya masakini.
Bahkan pelaksanaan yang paling ketat terhadap azas-azas itu serta
pertanggunganjawab yang sebesar-besarnya terhadap kewajiban-kewajiban ilmiahnya, tidak
akan melenyapkan reaksi-reaksi yang berkondisi, subyektif , dan “presentistis” dari pin nnhak
sejarawan. Tetapi betapapun lemah jasmaninya, sikap yang sedemikian itu memberikan untuk
menguji rokhani ilmiahnya.
BAB 1
Penilaian Terhadap Penulisan Sejarah
Pengajaran Sejarah memang dapat dipergunakan untuk melatih warganegara yang
setia jika memang kisah tanah airnya dapat menimbulkan rasa bangga pada diri kaum patriot
atau jika kisah itu dapat demikian diubah dan disesuaikan sehingga nampaknya lebih mulia.
Namun di dalam pendidikan pemuda sekalipun apabila kebenaran dapat ditetapkan dengan
penggunaan metode sejarah, barangkali lebih baik disajikan secara murni. Masalahnya
terdapat pada bidang pendidikan dan tidak pada bidang penelitian. Pastilah sejarah memiliki
metode yang ilmiah, dari metode sejarah yang analistis. Dalam batas-batas tertentu metode
sejarah adalah ilmiah, yakni hasilnya harus dapat di verifikasi dan dapat disetujui atau ditolak
oleh para ahli.
Seorang sejarawan tidak dapat menghindarkan sesuatu filsafat atau sesuatu kode etik.
Dan sejarawan yang paling banyak pengalamannya adalah sejarawan yang terbaik. Masalah
langgam untuk sebagian dapat dipecahkan dengan usaha kolektif. Sejarawan yang didalam
karya yang serius meniadakan catatanbawah, dengan demikian meniadakan sarana yang
memungkinkan orang lain menguji kesimpulan-kesimpulannya namun catatanbawah
seringkali menjemukan, maka khalayak ramai telah mempunyai prasangka terhadapnya.
Cara untuk mengatasi merosotnya mutu sastra penulisan sejarah, mungkin sekali
adalah usaha untuk menerbitkan majalah-majalah sejarah popular, sebagaimana yang sering
disarankan. Dengan demikian mungkin akan berkembang suatu situasi dimana lebih banyak
bakat dan uang akan tersedia karya-karya yang dapat memenuhi ukuran-ukuran yang lebih
tinggi.
BAB II
Hubungan Antara Metode Sejarah dengan Hidup dan Ilmu
Setiap orang bukan saja merupakan seorang sejarawan yang harus menyusun
sejarahnya sendiri untuk pengertiannya sendiri (meskipun hal itu dilakukan hanya didalam
pikirannya saja), tetapi ia juga mempunyai kansa untuk termasuk diantara mereka catatancatatannya akan menarik minat sejarawan dari ratusan atau ribuan tahun yang akan datang
2
dan dengan demikian akan memperoleh keabdian yang mungkin tidak akan diperoleh oleh
orang-orang sejamannya yang lebih terkemuka.
Intisari metode sejarah yang pertama, apakah dokumen-dokumen itu otentik, atau
bagian-bagian yang mana yang otentik jika hanya sebagian diantaranya atau hanya beberapa
bagian daripadanya yang otentik?, Kedua, seberapa banyak daripada bagian-bagian otentik
itu yang bisa dipercaya, dan sejauh mana? Hanya itulah yang dapat ia peroleh dari dokumen dokumen itu sendiri.
Bahwa metode sejarah dapat diterapkan kepada pokok pembahasan disiplin manapun
sebagai sarana untuk memastikan fakta. Pastilah bahwa sejarah merupakan pengalaman yang
direkam daripada umat manusia dan orang dapat memperoleh manfaat dari pengalaman
dalam setiap bidang pengetahuan. Sejarawan dapat memiliki sifat ilmu-ilmu sosial, dan dapat
kita harapkan bahwa dalam hal itu akan dapat diperoleh kemajuan-kemajuan. Sejarawan
sebagai ilmiawan sosial dan sejarawan sebagai ilmiawan humaniora, tidak perlu menjadi dua
orang yang terpisah. Dan manfaat dari pada yang satu itu kepada baik humaniora maupun
ilmu-ilmu sosial akan sangat bertambah jika ia tidak bertindak schizophrenis. Kedua bidang
berminat kepada masalampau, meskipun ilmiawan humaniora cenderung untuk
menitikberatkan diri kepada masalampau sedangkan ilmiawan sosial lebih menitikberatkan
diri kepada masakini dan masadepan. Memang ilmiawan humaniora dapat mempergunakan
dua pendekatan lain terhadap subjeknya yang dianggap lebih baik daripada yang ditempuh
oleh ilmiawan sosial.
Karena setiap individu mungkin menuliskan sejarahnya sendiri (dan pastilah ia sering
memikirkan kemungkin itu), ia dapat melakukan itu dengan menempuh jalan yang
merupakan kombinasi antara ketiga pendekatan yang dilukiskan diatas, yakni bersifat
budayatotal atau sosiologis, yang spesialistis, dan analistis.
BAB III
Apakah “Sejarah” dan “Sumber sejarah”
Sejarah tidak dapat direkonstruksi, masalampau manusia untuk sebagian besar tidak
dapat ditampilkan kembali. Bahkan juga mereka yang dikarunia ingatan yang tajam sekalipun
tidak akan dapat menyusu kembali masalampaunya, karena dalam hidup semua orang
3
pastilah ada peristiwa, orang, kata-kata, pikiran-pikiran, tempat-tempat dan bayanganbayangan yang ketika terjadi samasekali tidak menimbulkan kesan, atau yang kini telah
dilupakan.
Sesuatu yang harus menjadi sesuatu obyek adalah harus mempunyai existensi yang
merdeka diluar pikiran manusia. Kata subyektif tidak dipergunakan disini untuk
merendahkan secara bagaimanapun, melainkan mengandung arti bahwa perlu diperlakukan
dengan pelbagai jaminan khusus terhadap kemungkinan timbulnya kekeliruan. Akan tetapi
obyek-obyek itu tidak pernah merupakan kejadian atau peristiwa itu sendiri. Jika bersifat
artifact mereka adalah hasil daripada peristiwa, jika bersifat dokumen tertulis, maka mungkin
merupakan hasil atau rekaman daripada peristiwa.
Seluruh sejarah masalampau (yang dinamakan sejarah-sebagai aktualitas) dapat
diketahuinya hanya melalui rekaman daripadanya (sejarah sebagai rekaman. Dan sejarah
sebagaimana yang diceritakan (sejarah lisan atau sejarah tulisan) hanyalah merupakan bagian
yang diungkapkan oleh sejarawan daripada bagian yang dimengerti daripada bagian yang
dapat dipercaya dari bagian yang dapat ditemukan daripada sejarah-sebagai rekaman.
Pendeknya sasaran sejarawan adalah untuk mendekati sedekat-dekatnya suatu
masalampau yang telah lenyap yang merupakan suatu proses subyektif dan bukannya
kepastian experimental yang mengenai suatu realitas yang obyektif. Yang dinamakan metode
sejarah disini adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan
masalampau. Rekronstruksi yang imajiantif daripada masalampau berdasarkan data yang
diperoleh dengan menempuh proses itu disebut historiografi (penulisan sejarah).
Jika bahan-bahan itu bersifat arkeologis, epigrafis atau numismatis untuk sebagian
besar ia harus bertumpu kepada museum. Bahan-bahan itu adalah sumber-sumbernya. Sebuah
sumber primer adalah kesaksian dari pada seorang saksi dengan mata-kepala sendiri atau
saksi dengan pancaindera yang lain. Sumber sekunder merupakan kesaksian daripada
siapapun yang bukan merupakan saksi pandangan-mata, yakni dari seseorang yang tidak
hadir pada peristiwa yang dikisahkannya. Sumber primer hanya harus “asli” dalam arti
kesaksiannya tidak berasal dari sumber lain melainkan berasal dari tangan pertama.
Seorang wartawan mungkin menceritakan hal-hal yang dilihatnya sendiri, namun
mungkin pula harus bertumpu kepada keterangan “juru bicara resmi” atau sumber-sumber
yang biasanya dapat dipercaya. Dokumentasi, yang sebagaimana dipergunakan anatara lain
4
oleh sejarawan, berarti setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun,
baik yang bersifat tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis. Dokumen insani didefinisikan
sebagai “suatu pertelaan mengenai pengalaman individual yang memperlihatkan tindakantindakan individu sebagai sesuatu pelaku insane dan sebagai peserta didalam hidup sosial.
BAB IV
Memlilih Subyek dan Menemukan Informasi Mengenainya.
Gurubesar-gurubesar sejarah seringkali menyimpan daftar subyek yang mereka
anggap penting untuk diselidiki oleh mahasiswanya; penerbit dan editor kadang-kadang
mempunyai judul buku-buku dan artikel-artikel bagi calon-calon pengarangnya. Pengarang
harus berdiri diatas kakinya sendiri tanpa menutut daya-upaya di luar kemampuannya. Tetapi
akan kelirulah untuk memberikan dugaan kepada pemula-pemula yang penuh harapan, bahwa
sejarah yang baik hanya terdiri atas penulisan mengenai subyek yang sangat terspesialisasi
dan local. Untuk menghindari extremitas seperti itu patut bahwa proses mengurangi sesuatu
subyek yang terlalu luas dapat dibalik jika subyek itu begitu sepele dan khusus, sehingga
kesaksian mengenainya tidak cukup. Dengan demikian anda dapat menuliskan suatu sejarah
resimen yang otoritatif.
Hasrat daripada sejarawan yang bertanggungjawab untuk menghindarkan
ketergantungan yang terlalu besar kepada pengarang-pengarang lain, dengan perkataan lain,
untuk memberikan sumbangan orisinil kepada studi sejarah, mengharuskan diwajibnya
pertanyaan-pertanyaan lain yang berhubungan dengan pemilihan suatu subyek. Kesukarankesukaran teknis barangkali lebih besar lagi jika yang dipilih adalah sesuatu subyek didalam
bidang sejarah komperatif. Dan jika seseorang mengingat beberapa katakunci (key word)
yang terdapat didalam subyek yang dibahasnya, boleh jadi ia dapat menemukan buku dan
artikel yang dimasukkan kedalam katalogus dibawah salahsatu diantara kata-kata kunci.
Bagian yang paling menyusahkan dalam pekerjaan sejarawan adalah membuat
catatan. Pada umumnya sebuah catatan yang penuh, haruslah disusun secara sangat cermat.
Jika bahan yang dikehendaki itu panjang maka pencatat sebaiknya mempertimbangkan untuk
menggunakan proses fotografis seperti fotostat atau microfilm untuk memproduksi halaman
yang ditulis atau dicetak. Biasanya suatu catatan dibuat semata-mata sebagai peringatan
kepada bahan yang tidak akan dikutip. Karena itu cukup untuk hanya menunjuk sumbernya
tanpa mengutip bahasanya kata demi kata.
5
Penulisan catatan-catatan yang ditunjukkan kepada diri sendiri berisi saran-saran
untuk mengusut sesuatu, menyisipkan sesuatu, hipotesa-hipotesa, referensi silang dan
gagasan-gagasan yang cemerlang yang datang ditengah-tengah malam, pada kertas-kertas
dicatatan yang ditata secara teratur dengan catatan-catatan referensi.
Suatu ilustrasi mungkin akan dapat lebih menjelaskan, secara bagaimana susunan
menurut topic lebih baik daripada susunan yang sepenuhnya kronologis. Disamping itu
ilustrasi tersebut juga menunjukkan satu diantara keuntungan-keuntungan untuk
menggambarkan masalah kita sebagai suatu pertanyaan dan tidak sebagai suatu subyek.
BAB V
Dari Mana Datangnya Informasi Sejarah
Sejarawan setidak-tidaknya mempunyai dua tujuan. Ia merupakan (1) pengawal
daripada warisan budaya dan (2) penutur kisah daripada perkembangan umat manusia. Fakta
sebagai unsur adalah penting bagi sejarawan selaku sejarawan. Semakin serius maksud
pengarang untuk semata-mata membuat rekaman, semakin dapat dipercaya dokumennya
sebagai sumber sejarah.
Sebuah rekaman sejaman dapat didefinisikan sebagai suatu dokumen yang
dimaksudkan untuk menyampaikan instruksi mengenai suatu transaksi, atau membantu
ingatan orang-orang yang secara langsung terlibat didalam transaksi itu. Laporan konfidensiil
berbeda dari rekaman karena biasanya ditulis sesudah peristiwa terjadi, karena itu dokumendokumen jenis ini kurang dapat dipercaya pada umumnya dibandingkan dengan rekaman
sejaman. Laporan umum berbeda dari laporan konfidensiil terutama karena jumlah orang
yang diduga oleh para pengaarangnya akan membacanya. Karena jumlah itu lebih besar, taraf
umum dapatnya dipercaya adalah kurang dibandingkan dengan laporan konfidensiil.
Questionnaore sebagai sarana untuk memperoleh informasi dan opini, bukanlah
merupakan pertemuan mutakhir. Tambahan pula questionnaire sekarang sering berusaha
mengatasi kekurangan-kekurangan yang ditimbulkan oleh “leading question” dengan member
ruangan untuk “komentar” atau pernyataan”.
Banyak sejarawan yang memperlihatkan sikap yang terlalu hormat terhadap dokumen
dan kompilasi pemerintah. Kompilasi-kompilasi resmi daripada undang-undang dan
6
peraturan merupakan bukti primer mengenai isinya sendiri; mereka hanya merupakan bukti
inferensiil mengenai motif dan perasaan dibelakangnya.
Tajuk rencana, esei, pidato, surat kepada redaksi, public opinion poll adalah berharga
bagi sejarawan yang mempelajari opini, baik individuil maupun umum. Ungkapan opini,
lebih daripada oleh kesaksian hasil observasi.
Sesungguhnya terdapat suatu madzab sejarawan yang beranggap bahwa nilai dan
gagasan berubah dengan periode-periode sejarah. Gagasan hanya merupakan “fungsi-fungsi
reflex daripada kondisi-kondisi sosiologis yang menyebabkan kemunculannya. Pada bidang
filsafat, fiksi, drama, dan puisi. Tetapi, biasanya sejarawan tidak berani menggunakan
informasi yang dikandung oleh karya-karya itu kecuali jika dikonfirmasi oleh pengetahuan
lain.
Folklore bercerita mengenai aspirasi, takhayul dan adat rakyat yang
memperkembangkan cerita-cerita. Pepatah, folklore dan nama tempat, maupun fiksi,
nyanyian dan puisi, membutuhkan latarbelakang sejarah untuk dapat berguna bagi sejarawan.
Jika pertelaan sekunder yang baik akan memungkinkannya untuk mengerti lebih baik sebuah
dokumen sejaman.
BAB VI
Masalah Otentisitas atau Kritik Extren
Masalah otentisitas jarang dihadapi jarang dihadapi oleh ahli sosiologi, psikologi atau
antropologi, yang pada umumnya mempunyai suatu subyek hidup dibawah pandangan
matanya, yang dapat dilihat pada waktu ia menyusun otobiografinya dan dapat
menginterogasinya mengenai hal-hal yang menimbulkan kesangsian. Dokumen sejarah sering
dipalsu karena beberapa sebab, terkadang mereka dipergunakan untuk mendukung suatu
claim yang palsu, dan juga dipalsukan untuk dijual.
Sebuah dokumen yang dalam keseluruhannya atau untuk sebagian besarnya
merupakan hasil daripada suatu usaha sengaja untuk menipu. Paling sering terjadi dengan
kopi daripada dokumen-dokumen yang aslinya telah hilang dan pada umumnya disebabkan
oleh jenis kekeliruan yang berbentuk pengurangan, pengulangan, atau penambahan. Restorasi
7
teks adalah mengumpulkan sebanyak-banyaknya kopi daripada teks yang diragukan sejauh
dapat dihasilkan oleh pencarian yang rajin.
Studi kronologi bagi sejarawan memudahkan pemecahan daripada masalah
pengukuran waktu. Seringkali sejarawan menjumpai dua atau lebih teks yang berbeda
daripada dokumen yang sama yang diterbitkan oleh-oleh ahli yang bertanggungjawab.
Kadang-kadang juga versi-versi yang diterbitkan tidak sepenuhnya betul sehingga perlu
dilakukan perbandingan dengan manuskrip asli. Setelah memperoleh satu teks yang seakurat
mungkin sejauh sumber-sumbernya mengijinkan, sejarawan dihadapkan kepada masalah
untuk menentukan artinya. Kontradiktif maupun suplementer dapat menangkap nuancenuance yang juga tidak akan lepas dari perhatiannya untuk mengerti apa yang oleh saksi
dimaksudkan untuk disampaikan. Apabila kita menjumpai bahasa yang meragu-ragukan
timbullah sesuatu persoalan tambahan karena kedwiartian bersifat sengaja atau tidak sengaja.
Masalah hermeneutic menjadi sangat kuat apabila dapat diduga bahwa ada maksud untuk
dengan sengaja menutupi arti
Kemampuan untuk menempatkan diri dari di tempat individu lain dari jaman lain dan
kemampuan untuk menafsirkan dokumen, peristiwa dan personalitas dengan pandangannya,
ukurannya dan simpatinya disebut historical-mindedness. Hal ini menuntut dari si penyelidik
supaya ia menanggalkan personalitasnya sendiri dan sejauh mungkin mengambil oper
personalitas subyeknya. Bagian esensiil daripada kritik extern, adalah penerkaan mengenai
tanggal kira-kira daripada dokumen dan suatu identifikasi daripada yang menurut dugaan
adalah pengarangnya
BAB VII
Masalah Kredibilitas atau Kritik Intern
Sejarawan pertama kali memeriksa kesaksian dengan jalan memperoleh seperangkat
unsur yang relevan bagi sesuatu topic atau persoalan yang ada dalam pikirannya. Kredibel
bahwa unsur itu paling dekat dengan apa yang sungguh-sungguh terjadi berdasarkan suatu
penyelidikan kritis terhadap sumber-sumber terbaik yang ada. Dengan jalan itu data
elementer daripada sejarah harus dibuktikan.
Usaha menganalisa sebuah dokumen untuk menemukan fakta-fakta satu peragkat
pertanyaan untuk menanyakan pertanyaan yang sederhana sudah memiliki gambaran dan
mungkin satu hipotesa mengenainya, baik implicit atau eksplisit, tentative dan luwes atau
8
dirumuskan dan sudah baku. Menyusun hipotesa dalam bentuk interogatif adalah lebih
bijaksana daripada menyusunnya dalam bentuk deklaratif. Identifikasi terhadap pengarang,
adalah perlu untuk menguji otentisitas daripada dokumen. Dokumen singkat kita mungkin
mengetahui banyak mengenai pengarang tanpa mengetahui siapa dia. Kemampuan untuk
menyatakan kebenaran untuk sebagian bertumpu kepada dekatnya saksi kepada peristiwa.
Kekurangan yang hampir-hampir tak terhindarkan dalam dokumen pribadi adalah
egosentrisme. Sejarawan juga harus menghadapi dokumen-dokumenyang pengarangpengarangny, meskipun biasanya kompeten untuk menyatakan kebenaran.
Ada beberapa kondisi yang terutama cenderung kepada ketidak-benaran adalah (1)
satu diantara peraturan yang paling elementer dalam analisa terhadap kesaksian adalah bahwa
kita harus bersikap waspada terhadap saksi yang berkepentingan. (2) seringkali keuntungan
yang diperoleh dari hasil penyelewengan kebenaran adalah subtil dan mungkin tidak disadari
oleh saksi sendiri. (3) pendengar atau pembaca yang dituju oleh sesuatu dokumen,
memainkan peranan penting didalam menentukan kebenaran sesuatu pernyataan. (4) langgam
sastra kadang-kadang memaksa diberikannya pengorbanan terhadap kebenaran. (5) undangundang dan konvensi kadang-kadang memaksa saksi untuk beralih dari kebenaran mutlak. (6)
yang berdekatan dengan kategori diatas adalah pemberian tanggal yang tidak exak terhadap
dokumen-dokumen sejarah karena bersangkutan kepada konvensi dan formalitas. (7)
ekspektasi atau antisipasi seringkali menyesatkan saksi. Kredibilitas umum daripada sesuatu
dokumen mungkin harus dipergunakan sebagai koroborasi.
BAB VIII
Mempelajari (dan mengajar) Teknik-Teknik Sejarah
Kita dapat memutuskan untuk mempelajari sejarah dengan pelbagai alasan. Diantara
alasan-alasan itu ialah suatu rasa ingintahu yang iseng mengenai masalampau keluarga kita
atau tempat tinggal kita. Dalam usaha mempelajari metode sejarah , adalah lebih baik bagi
seoarang mahasiswa untuk didorong oleh minatnya sendiri daripada didorong oleh minat
gurunya. Karena itu mahasiswa sejarah hanya menyadari secara samar-samar bahwa sejarah
adalah sesuatu metode yang dipergunakan orang untuk menemukan peninggalan-peninggalan
dan saksi-saksi mengenai sesuatu episode sejarah yang mengenainya kita ingin mengajukan
9
pertanyaan, untuk mengumpulkansemua bukti yang relevan yang diberikan olehnya, dan
untuk menilai bukti itu guna sampai kepada jawaban yang dapat dipercaya.
Historiografi adalah sesuatu yang lebih daripada hanya menuliskan kembali dengan
kata-kata suatu yang lebih daripada hanya menuliskan kembali dengan kata-kata sendiri apa
yang telah diajukan secara cukup dalam karya-karya orang lain. Pengajar metode sejarah
sebaiknya beprestasi dan menyuruh mahasiswa berprestasi seolah-olah ia adalah editor
sebuah majalah sejarah yang telah meminta kepada setiap anggota kelas untuk memberikan
sebuah artikel mengenai sesuatu subyek yang telah disepakati. Bahan bacaan mengenai
langgam dan komposisi, luarbiasa banyaknya. Karena kesulitan komposisi didalam penulisan
sejarah tidak berbeda dari komposisi jenis lain manapun, hanya sedikit yang perlu disebutkan
disini yang khusus berguna bagi sejarawan.
Seorang sejarawan seyogyanya merancang artikel atau babnya sehingga ia
mempunyai gambaran apa yang menjadi bagian awal, bagian tengah dan bagian akhirnya.
Seringkali terjadi bahwa draft pertama membawa kesadaran bahwa seluruh komposisi telah
digambarkan secara keliru. Hal itu terutama akan Nampak apabila kesimpulan tidak diperoleh
secara langsung dan jelas dari bahan-bahan yang telah disajikan.
Dalam hal itu, sebaiknya ia mulai sejak permulaan lagi dan dengan selalu mengingatingat bagian-bagian dari pada kesimpulan sementaranya mencoba membuktikan setiap bagian
selangkah demi selangkah dalam suatu karangan baru.
BAB IX
Sepatah Kata Mengenai Langgam dan Komposisi
Sebagian besar daripada komposisi sejarah adalah argumentative. Apabila menyajikan
argumentasi dalam kasus-kasus seperti itu sejarawan memakai bukti yang masih berwujud
dalam salahsatu bentuk, baik-buruk. Tetapi apabila sejarawan menyajikan suatu exposisi atau
suatu kisah, maka masalahnya menjadi lain, dan langgamnya tidak harus berbeda. Karenanya,
apa yang ditulis oleh sejarawan apabila ia menuliskan kisah atau exposisi sejarah bukanlah
apa yang dikatakan atau disampaikan dokumen-dokumennya melainkan gambaran dalam
angan-angannya mengenai peristiwa-peristiwa masalampau itu.
10
Peristiwa sejarah ditujukan terhadap sekurang-kurangnya empat sasaran, yakni detail
faktuil yang akurat, kelengkapan bukti yang cukup, struktur yang logis dan penyajian yang
terang dan halus. Catatanbawah dipergunakan untuk menunjukkan kepada pembaca yang
langka dan hanya merupakan suatu referensi kepada sesuatu segi tertentu didalam sesuatu
sumber atau kadang-kadang merupakan referensi kepada lebih daripada satu segi didalam
lebih daripada satu sumber, tidak selalu sering juga akan memberikan indikasi. Salahsatu
sebab utama mengapa catatanbawah demikian dihindarkan oleh penerbit, editor, pengarang,
dan pembaca adalah karena dipergunakan untuk sekian banyaknya tujuan disamping hanya
tujuan dokumentasi. Disimpulkan bahwa catatanbawah, jika disusun secara tepat, hanya
menarik minat pembaca yang berbeda-beda mengenai segi yang berbeda-beda dan karena itu
catatanbawah harus dibuat sesedikit mungkin sejauh dapat dipertanggungjawakan oleh
pengarang. Didalam kisah atau exposisi sejarah, adalah reinterpretasi sejarawan mengenai
apa yang diajarkan oleh dokumen-dokumen yang harus merupakan sasaran utama. Perhatian
pembaca akan mengedor jika kutipan panjang dimasukkan secara terus-menerus.
Suatu langgam kisah yang baik menghendaki dihilangkannya referensi kepada prosesproses mental si pengarang dan menghendaki disajikannya hanya hasil-hasil daripada prosesproses itu, dengan pengetahuan mengenai segalanya yang diharapkan dari seorang pengarang
fiksi mengenai tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian didalam ceritanya.
Kiranya seorang sejarawan tidak akan mulai dengan penyusunan teksnya sebelum ia
merasa pasti bahwa catatan-catatan yang akan menjadi sumber ceritanya telah cukup lengkap
dan bahwa pengetahuannya mengenai subyek mengijinkan sesuatu kemiripan tertentu kepada
masing-masing catatan itu. Apabila pengarang telah selesai dengan draft pertama, ia dapat
mengenakan komentar yang terkenal. Setelah memastikan pada suatu tempat didalam draft
pertama ia telah menyisipkan semua hal yang mungkin relevan pada tempat yang banyaksedikitnya sesuai dengan memperhatikan kredibilitas atau ketiadaan kredibilitas, maka
pengarang telah siap untuk memulai draft kedua.
Tujuan utama daripada revisi draft yang baru adalah untuk memperoleh taraf
kejelasan dan kehalusan yang lebih besar. Revisi daripada draft ketiga member kesempatan
baik untuk mentrapkan pelajaran-pelajaran elementer mengenai karang-mengarang yang
begitu mudah diabaikan oleh kita semuanya. Setelah segalanya itu dilaksanakan, kecermatan
menutut diadakannya draft keempat.
11
BAB X
Masalah Seleksi, Penyusunan dan Tertekan
Kenyataan bahwa ada arti-arti baru yang diberikan kepada kata-kata yang telah
dipergunakan dengan arti yang lain, menyebabkan timbulnya sebagian kekacauan dalam
diskusi-diskusi mengenai hakekat sejarah. Historiofrafi yang menunjuk kepada tulisan atau
bacaan yang dapat disebut historis harus diperbedakan dari kata yang sama apabila berarti
proses penulisan sejarah.
Tujuan historiografi pada tarafnya yang tertinggi adalah menciptakan kembali
totalitas daripada faktta sejarah dengan sesuatu cara yang tidak memperkosa masalampau
yang sesungguhnya. Jelas bahwa masalah penulisan sejarah tidak sederhana. Dalam setiap
jenis exposisi atau kisah, fakta-fakta sejarah harus : (1) diseleksi, (2) disusun, (3) diberi atau
dikurangi tekanan, dan (4) ditempatkan didalam sesuatu macam urut-urutan kausal.
Kiranya aturan seleksi yang paling sederhana adalah memilih mana yang relevan.
Tapi proses itu tidak sepenuhnya memecahkan masalahnya karena jika dikembalikan sampai
kepada istilah-istilahnya yang paling simple adalah relevan jika relevan bagi suatu proposisi
yang bersifat kisah, deskriptif atau kausal, yang mempersatukan. Pada akhirnya, yang
dikatakan dengan cara itu hanyalah bahwa hal-hal yang dianggap relevan, adalah hal-hal
yang relevan untuk menjawab suatu pertanyaan.
Pada waktu sejarawan tiba pada tahap penulisan didalam proses penyelidikannya,
proposisi-yang-mempersatukan atau hipotesa interogatif sudah harus menjadi suatu teas
deklaratif yang penuh. Baik proposisi-yang-mempersatukan maupun hipotesa
interogratifhannya bermanfaat bagi subyek-subyek yang sedemikian monografis sifatnya dan
keputusan mengenai apa yang relevan adalah sebagian besar persoalan pertimbangan pribadi.
Dalam usaha untuk menghindarkan pertimbangan-pertimbangan yang terlalu ketat mengenai
relevan atau tidaknya bahan-bahan seseorang, telah timbul suatu kebiasaan yang kiranya
tidak seberapa menguntungkan.
Penyusunan data sejarah yang paling masuk akal adalah penyusunan secara
kronologis, yakni dalam periode-periode waktu karena kronologi kiranya merupakan satusatunya norma obyektif dan konstan yang harus diperhitungkan oleh sejarawan. Dalam
kenyataanya, studi sejarah telah sangat dirugikan oleh kecenderungan untuk memberikan
kepada periode-periode tertentu merk-merk yang relative tepat. Bahwa sesuatu kecenderungn
12
kearah itu telah ada dibuktikan oleh perhatian yang semakin bertambah dari pihak para
sejarawan. Cara-cara penyusunan yang lain daripada cara kronologis mungkin juga tetapi
sama mengandung kekurangan. Masalah tekanan (emphasis) langsung berhubungan dengan
masalah seleksi dan penyusunan.
BAB XI
Masalah Sebab, Motif dan Pengaruh
Sejarawan cenderung untuk bicara mengenai sebab langsung atau lantaran serta sebab
taklangsung daripada peristiwa-peristiwa sejarah. Sebab langsung atau lantaran sering
mempunyai sifat suatu kebetulan. Sebab langsung hanyalah merupakan suatu titik dalam
suatu rantai peristiwa, trend, pengaruh, dan kekuatan-kekuatan yang pada titik itu akibatnya
mulai nampak. Apabila sejarawan mendiskusikan masalah sebab-sebab taklangsung, mereka
paling sering dan paling keras berselisih paham. Karena keterangan kausal mengenai
peristiwa-peristiwa didasarkan atas filsafat-filsafat sejarah; padahal filsafat-filsafat sejarah
tidak akan ada akhirnya. Tekanan beralih kepada kedaifan dan keberanian manusia sebagai
keterangan yang paling baik bagi krisis-krisis sekuler, meskipun sejarah secara esensiil tetap
bersifat teologis.
Perkembangan deisme dan rasionalisme dalam abad-abad ke 17 dan 18 mengurangi
penekanan kepada rencana Tuhan dan memperbesar minat kepada karya manusia serta
tempat tinggalnya. Abad 19, dengan berlimpah-limpahnya nasionalisme-nasionalisme,
idealism-idealisme filsafat, utilitarianisme-utilitarianisme dan positivism-positivisme,
memperlihatkan lebih banyak lagi macam pendekatan kepada masalah sebab, dibandingkan
dengan salahsatu diantara periode-periode terdahulu. Sementara itu Malthus dan sesamanya
kaum ekonomis telah memperkembangkan teori kelangkaan, dan sebagai akibat daripadanya
perjuangan untuk kelangsungan-hidup dalam bidang ekonomi. Untuk waktu yang lama
nampaknya kemenangan berada di tangan sejarawan dari madzab-madzab nasionalistis.
Pertama kali timbul madzab sejarawan “ilmiah”, yang hampir semuanya secara langsung dan
tidak langsung adalah murid Ranke.
Pengertian pengaruh agak abstrak dan tidak terdapat satu standard untuk
mengukurnya yang diterima secara umum, maka usaha semacam itu mudah menghasilkan
kekeliruan atau setidak-tidaknya ketidak sepakatan diantara ahli-ahli. “Pengaruh” tidak
13
merupakan sesuatu yang seragam. Kadang-kadang berbagai jenis pengaruh tidak dapat
dibandingkan dan tidak dapat disepadankan. Akibat itu akan bersifat taklangsung dan
menuntut suatu proses yang sangat ruwet dan spekulatif untuk mengukurnya, itupun kalau
datanya ada. Setidak-tidaknya jika kita bicara dengan pengertian-pengertian akibatkomparatif terhadap angka kelahiran dan angka kematian, kita mengetahui apa yang
dimaksudkan dengan istilah tingkatan pengaruh dan keagungan.
Sejarawan tidak dapat menghindarkan diri dari spekulasi-spekulasi dengan berpretensi
bahwa yang menarik minatnya hanyalah apa yang sungguh-sungguh telah terjadi, bahwa
sesuatu pengaruh baginya diakui karena ia mempunyai bukti documenter mengenai pengaruh
itu. Spekulasi semacam itu menyangkut apa yang kadang-kadang disebut “andaikata”
daripada sejarah dan sebaiknya disebut dengan metasejarah atau metashistoria. Suatu aspek
yang menarik hati mengenai masalah pengaruh sejarah adalah reaksi terhadap sesuatu
anteseden , pribadi sejaman atau peristiwa.
BAB XII
Sejarawan dan Masalah-Masalah Masakini
Meskipun ada terdapat kekhawatiran-kekhawatiran yang tegar dan luas, namun
penggunaan daripada generalisasi-generalisasi ilmu alam oleh sejarawan terus bertambah.
Satu diantara cara-cara yang paling baik bagi masyarakat untuk memberikan sumbangan
kepada usaha mengerti masyarakat, adalah dengan jalan menemukan kontrdiksi-kontradiksi
dan perkecualian-perkecualian dalam generalisasi-generalisasi ilmu sosial.
Sarjana-sarjana psikologi yang kenal akan metode sejarah dan sejarawan yang
mengetahui mengenai teknik-teknik dan azas-azas psikologi, dengan jalan melakukan studi
mengenai personalitas sebagaimana yang diberi ilustrasi oleh tokoh-tokoh sejarah dapat
membuat “tipologi” semacam itu secara lebih otentik, lebih tepat dan lebih bervariasi.
Sejarawan, juga membuat sejumlah besar generelasi yang bersifat metodologi yang diabaikan
oleh sarjana-sarjana ahli masyarakat, dengan akibat yang merugikan. Jarang sekali sebuah
generalisasi sejarah dapat diuji sebagaimana generalisasi didalam ilmu-ilmu fisik atau bahkan
14
sekali-sekali generalisasi didalam ilmu-ilmu sosial, yakni dengan experimentasi terkendali.
Tambahan pula suatu gejala yang hanya dapat diterapkan kepada manusia menyebabkan
sejarawan lebih suka membatasi generalisasiny kepada peristiwa dan lembaga-lembaga
masalampau. Generalisasi-generalisasi mengenai fakta-fakta sejarah harus dianggap
mempuyai validitas terbatas, karena setiap skema kausal yang diterapkan kepada sejarah
cenderung untuk mempunyai usur beratsebelah pribadi yang besar, serta karena pengertian
sejarah harus dilihat sebagai daya-upaya suatu pemikiran yang dikondisikan oleh suatu
budaya masakini.
Bahkan pelaksanaan yang paling ketat terhadap azas-azas itu serta
pertanggunganjawab yang sebesar-besarnya terhadap kewajiban-kewajiban ilmiahnya, tidak
akan melenyapkan reaksi-reaksi yang berkondisi, subyektif , dan “presentistis” dari pin nnhak
sejarawan. Tetapi betapapun lemah jasmaninya, sikap yang sedemikian itu memberikan untuk
menguji rokhani ilmiahnya.
Komentar
Posting Komentar